“Hal utama yang sangat penting adalah layanan kebutuhan dasar di wilayah padat penduduk. Contoh fasilitas penunjang kesehatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal yang padat penduduk di Jakarta. Masih ada ditemukan angka pelaku buang air besar sembarangan (BABS), karena tidak adanya MCK yang memadai,” ujar Muhammad Lefy.
PKBJakartaID I Jakarta, 31 Januari 2025 ~ Jakarta boleh saja bermimpi menjadi kota bertaraf global. Termasuk di dalamnya adalah pusat bisnis dan sekaligus episentrum perekonomian nasional. Karena itu, layanan kebutuhan dasar warga harus terpenuhi. Lapangan kerja, SDM yang mampu bersaing, serta kebutuhan dasar lain seperti lingkungan tempat tinggal yang sehat, bebas polusi, banjir, dan kemacetan.
“Hal utama yang sangat penting adalah layanan kebutuhan dasar di wilayah padat penduduk. Contoh fasilitas penunjang kesehatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal yang padat penduduk di Jakarta. Masih ada ditemukan angka pelaku buang air besar sembarangan (BABS), karena tidak adanya MCK yang memadai,” ujar Muhammad Lefy, Sekretaris Komisi B DPRD Daerah Khusus Jakarta (DKJ), usai mengikuti Rapat Kerja Komisi B, DPRD DKJ, di ruang kerjanya kepada PKBJakartaID, Kamis (30/1/2025).
Dalam kesempatan Rapat Komisi B DPRD DKJ dengan Pj Gubernur DKJ dan jajaran Dinas terkait membahas progres Pembangunan Jakarta Sewerage Develompment Projeck (JSDP) Zona-1, Paket 5 dan paket 6, tersebut, politisi muda dari PKB Jakarta tersebut terkaget dan heran, mendapati masih tingginya angka pelaku buang air besar sembarangan (BABS) di Jakarta.
Sebagai informasi, JSDP adalah proyek pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik di Jakarta. Proyek ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.
“Tidak habis pikir, Jakarta yang merupakan kota metropolitan, banyak gedung-gedung bertingkat di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, tetapi masih banyak ditemukan adanya BABS di beberapa wilayah di Jakarta,”ujar Muhammad Lefy.
Berdasarkan data Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dari Dinas Kesehatan, beberapa kelurahan di Jakarta tercatat memiliki angka BABS yang tinggi, seperti Kelurahan Kapuk, Mangga Dua Selatan, Penjaringan, Manggarai, dan Cipinang Besar Utara.
Tercatat, berdasarkan data triwulan 3 tahun 2024, ada sebanyak 1.610 rumah tangga di DKI Jakarta masih terindikasi melakukan BABS, dengan Jakarta Utara mencatatkan jumlah terbanyak, yakni 822 rumah tangga.
Sosialisasi gaya hidup sehat bersih
Karena itu, Gus Lefy – begitu ia biasa disapa, mendorong agar kebiasaan BABS yang biasanya berada di kawasan permukiman kumuh harus dihilangkan. Dia menuturkan, diperlukan peran Pemerintah Provinsi DKI melalui dinas-dinas terkait sampai perangkat kecamatan/kelurahan untuk membantu mensosialisasikan pentingnya gaya hidup bersih dan sehat.
“Perlu ada sosialisasi ke masyarakat di wilayah dengan kebiasaan BABS tinggi tentang kesadaran pengtingnya hidup bersih dan menjaga lingkungan sehat dari sejak usia dini,”katanya.
Lebih lanjut, ia menekankan jangan sampai Jakarta berubah jadi kota global, tetapi broblem dasar kesehatan masyarakat masih belum tertangani dengan baik. Karena itu, ia pun menyarankan agar sosialisasi gaya hidup sehat itu sudah diberikan secara masif sejak di sekolah dasar (SD).
“Sosialisasi masih harus dilakukan. Jika misalnya biaya mahal, toh bisa dikerjasamakan dengan Dinas Pendidikan. Sosialisasi dari sekarang di sekolah-sekolah dasar (SD), 10 tahun ke depan, kebiasaan hidup sehat sudah akan terbentuk,”ujar Lefy.
Pada saat yang sama, Pembangunan fasilitas penunjang gaya hidup sehat dan lingkungan masyarakat aesehatan, seperti MCK dan sanitasi di tengah permukiman kumuh yang rumahnya ala kadarnya perlu segera dilakukan. (***)
Leave a Comment