Fraksi PKB melihat bahwa nilai-nilai kepesantrenan juga merupakan bagian penting dari wajah budaya Jakarta. Lebih dari itu, pendidikan pesantren mampu menjadi fondasi yang kokoh dalam membangun kota global—yakni kota yang tak hanya canggih teknologinya, tapi juga maju akhlaknya. Pesantren mengajarkan integritas, tanggung jawab sosial, dan toleransi—tiga nilai yang sangat dibutuhkan kota-kota besar di dunia hari ini.
PKBJakartaID | Jakarta, 22 Juni 2025 ~ Jakarta kini menapaki usia ke-498 tahun. Dalam hampir lima abad perjalanannya, kota ini telah mengalami banyak perubahan, melewati berbagai zaman, dan tumbuh menjadi salah satu pusat kehidupan paling dinamis di Indonesia. Namun dalam setiap fase perubahan itu, ada satu unsur yang selalu hidup dan memberi warna: budaya.
Fraksi PKB DPRD DKI Jakarta meyakini bahwa budaya bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan sesuatu yang terus tumbuh bersama warganya. Ia hadir dalam keseharian, dalam cara warga saling berinteraksi, dalam ruang publik yang hidup, dalam ekspresi seni dan bahasa, dalam tradisi dan nilai yang dijaga lintas generasi.
Budaya adalah wajah kota itu sendiri
Jakarta yang bertransformasi menjadi kota global tetap membutuhkan pijakan kuat pada identitas budayanya. Sebab kota yang kuat tidak hanya yang memiliki infrastruktur modern dan konektivitas internasional, tetapi juga yang mampu menjaga jiwa lokalnya. Kota yang dihargai dunia adalah kota yang tahu siapa dirinya. Dalam konteks inilah, Jakarta perlu terus memastikan bahwa pembangunan tidak menjauhkan warganya dari akar kebudayaan.
Banyak kota besar di dunia telah menunjukkan bahwa budaya dapat menjadi fondasi transformasi kota yang berkelas dunia. Bilbao, yang dahulu kota industri berat, kini menjadi simbol kebangkitan melalui seni dan budaya. Seoul menggunakan kebudayaan lokal untuk membentuk wajah globalnya. Kota-kota ini tidak menanggalkan identitasnya untuk tumbuh; mereka justru memperkuat budaya agar dikenal dan diakui di tingkat dunia.
Jakarta memiliki kekayaan serupa. Tradisi Betawi misalnya, di dalamnya hidup warisan budaya yang tak lekang oleh waktu—dari lenong sampai tanjidor, dari semur jengkol sampai tradisi maulid kampung adalah kekuatan yang layak menjadi pusat perhatian dalam setiap kebijakan pembangunan.
Wajah kota masa depan harus mencerminkan keberagaman ini, memberi tempat bagi seniman lokal, komunitas budaya, anak-anak muda kreatif, dan kelompok tradisi yang selama ini menjaga napas kota.
Sebagai partai yang tumbuh dari nilai-nilai pesantren, Fraksi PKB melihat bahwa nilai-nilai kepesantrenan juga merupakan bagian penting dari wajah budaya Jakarta. Lebih dari itu, pendidikan pesantren mampu menjadi fondasi yang kokoh dalam membangun kota global—yakni kota yang tak hanya canggih teknologinya, tapi juga maju akhlaknya. Pesantren mengajarkan integritas, tanggung jawab sosial, dan toleransi—tiga nilai yang sangat dibutuhkan kota-kota besar di dunia hari ini.
Menjelang usia Jakarta ke-500, kita dihadapkan pada tantangan besar sekaligus peluang besar. Budaya harus mendapatkan tempat yang lebih sentral dalam pembangunan kota. Ia tidak boleh dipinggirkan, melainkan dirangkul sebagai kekuatan utama yang membentuk identitas kota Jakarta ke depan—sebuah kota global yang tetap berpijak pada akarnya.
Fraksi PKB akan terus memperjuangkan agar kebijakan pembangunan kota menyatu dengan kebijakan kebudayaan. Kami mendorong tata ruang yang memberi ruang tumbuh bagi komunitas seni dan tradisi, pembiayaan publik yang berpihak pada ruang ekspresi warga, dan perlindungan terhadap situs budaya, pesantren, serta ruang-ruang spiritual warga. Karena kota yang besar adalah kota yang tahu menjaga jiwanya. Dirgahayu Jakarta ke-498. Mari bersama merawat budaya sebagai wajah kota, agar Jakarta tetap menjadi kota global yang manusiawi, berkarakter, dan bermartabat.
______
Siaran Pers : M. Fuadi Luthfi | Ketua Fraksi PKB DPRD Provinsi DKI Jakarta
Leave a Comment